William Shakespeare merupakan seorang penulis Inggris yang seringkali disebut orang sebagai salah satu sastrawan terbesar Inggris. William Shakespeare menulis antara tahun 1585 dan 1613 dan karya-karyanya telah diterjemahkan kedalam hampir semua bahasa di dunia. Di bawah ini merupakan 7 puisi William Shakespeare terpopuler diantara karya-karyanya yang lain.
When in the chronicle of wasted time
I see descriptions of the fairest wights,
And beauty making beautiful old rhyme
In praise of ladies dead, and lovely knights,
Then, in the blazon of sweet beauty’s best,
Of hand, of foot, of lip, of eye, of brow,
I see their antique pen would have express’d
Even such a beauty as you master now.
So all their praises are but prophecies
Of this our time, all you prefiguring;
And, for they look’d but with divining eyes,
They had not skill enough your worth to sing:
For we, which now behold these present days,
Had eyes to wonder, but lack tongues to praise.
Ringkasan umum :
Soneta 106 ditujukan kepada seorang pemuda tanpa mengacu pada suatu peristiwa tertentu. William Shakespeare mengkaji sejarah waktu untuk membandingkan keindahan pemuda dengan apa yang digambarkan di dalam seni. Tidak mengherankan, dia berpendapat bahwa tidak ada keindahan/kecantikan yang melebih pemuda tersebut. Tokoh-tokoh sejarah yang mengagumi karena mereka mengingatkannya pada karakter pemuda tersebut, penyair berpendapat bahwa apa yang seniman sebelumnya ambil untuk kecantikan hanyalah bayangan dari penampilan pemuda tersebut.:
2. Sonnet 138 (When my love swears that she is made of truth)
When my love swears that she is made of truth
I do believe her, though I know she lies,
That she might think me some untutor’d youth,
Unlearned in the world’s false subtleties.
Thus vainly thinking that she thinks me young,
Although she knows my days are past the best,
Simply I credit her false speaking tongue:
On both sides thus is simple truth suppress’d.
But wherefore says she not she is unjust?
And wherefore say not I that I am old?
O, love’s best habit is in seeming trust,
And age in love loves not to have years told:
Therefore I lie with her and she with me,
And in our faults by lies we flatter’d be.
Ringkasan umum :
Sonnet 138 adalah salah satu soneta William Shakespeare yang paling terkenal. Banyaknya penggunaan kata "kebohongan" menunjukkan dengan jelas pemahaman tentang sifat kebenaran dan pujian dalam suatu hubungan yang romantis. Penyair itu dengan jujur mengungkapkan hubungannya dengan wanita gelap dan ketidaksenangannya karena dia bertambah tua. Puisi tersebut menekankan faktor usia dan pudarnya kecantikan yang satu sama lain terkait, dan pengaruhnya terhadap hubungan seksual..
3. Sonnet 98 (From you have I been absent in the spring)
From you have I been absent in the spring,
When proud-pied April dress’d in all his trim
Hath put a spirit of youth in every thing,
That heavy Saturn laugh’d and leap’d with him.
Yet nor the lays of birds nor the sweet smell
Of different flowers in odour and in hue
Could make me any summer’s story tell,
Or from their proud lap pluck them where they grew;
Nor did I wonder at the lily’s white,
Nor praise the deep vermilion in the rose;
They were but sweet, but figures of delight,
Drawn after you, you pattern of all those.
Yet seem’d it winter still, and, you away,
As with your shadow I with these did play.
Ringkasan umum :
Soneta 98 mengekspresikan cintanya kepada seorang pemuda dimana pemuda itu pergi jauh. Semua kejadian pada musim semi mengingatkannya pada pemuda tersebut, karena keindahan musimnya didasarkan pada kecantikan pemuda tersebut. Penyair menginginkan hal yang sebenarnya bahwa pemuda yang dicintainya tersebut merupakan bentuk yang mengilhami dan menciptakan segala sesuatu yang hidup dan tumbuh di dunia ini.
4. Sonnet 29 (When, in disgrace with fortune and men’s eyes)
When, in disgrace with fortune and men’s eyes,
I all alone beweep my outcast state,
And trouble deaf heaven with my bootless cries,
And look upon myself, and curse my fate,
Wishing me like to one more rich in hope,
Featur’d like him, like him with friends possess’d,
Desiring this man’s art and that man’s scope,
With what I most enjoy contented least;
Yet in these thoughts myself almost despising,
Haply I think on thee, and then my state,
Like to the lark at break of day arising
From sullen earth, sings hymns at heaven’s gate;
For thy sweet love remember’d such wealth brings
That then I scorn to change my state with kings.
Ringkasan umum :
Tema Soneta 29 menunjukkan pentingnya cinta, uang, masyarakat, dan harta benda ditampilkan sebagai komponen inferior kemanusiaan. Pembicara berubah untuk menerima nilai cinta yang membuatnya lebih unggul dari seorang raja dan kelas sosial yang lebih tinggi. Pembicara meratapi kemalangannya dalam menghadapi kesuksesan orang lain. Tapi seiring berjalannya waktu, menjadi jelas bahwa sumber suasana hati si pembicara yang buruk adalah bukan karena teman yang dia cintai. Suasana hatinya yang buruk karenanya didorong oleh rasa kesepian. Tapi suasana hati sang pembicara mulai berubah. Hal ini disebabkan oleh pemikiran pria yang dicintainya. Dia mulai merasa bahagia dan ini kemudian beralih ke perasaan berharap. Kesimpulan dari pembicara bahwa meskipun perasaan kesepiannya karena temannya tidak ada, hanya memikirkannya yang membuatnya merasa baik lagi. Dia bahkan mengatakan bahwa dia tidak akan mengubah apapun dalam hidupnya.
5. Sonnet 24 (Mine eye hath play’d the painter and hath stell’d)
Mine eye hath play’d the painter and hath stell’d
Thy beauty’s form in table of my heart;
My body is the frame wherein ’tis held,
And perspective it is the painter’s art.
For through the painter must you see his skill,
To find where your true image pictured lies;
Which in my bosom’s shop is hanging still,
That hath his windows glazed with thine eyes.
Now see what good turns eyes for eyes have done:
Mine eyes have drawn thy shape, and thine for me
Are windows to my breast, where-through the sun
Delights to peep, to gaze therein on thee;
Yet eyes this cunning want to grace their art;
They draw but what they see, know not the heart.
Ringkasan umum :
Ketika penyair menulis di Sonnet 24 yang tertulis "di mana bayangan sejati Anda menggambarkan kebohongan," dia berfokus pada arti sebenarnya. Keindahan pemuda itu sering diartikan hanya sebagai bentuk atau penampilan. Lukisan, gambar, gambar visual, bentuk, bayangan, bentuk pantulan, dan perspektif - semua ini menyinggung kesan bahwa citra sejati kaum muda sebenarnya adalah fatamorgana.
Perhatikan bahwa tulisan penyair yang sangat rumit dalam soneta ini - delapan baris pertama adalah metafora penyair yang diperluas sebagai lukisan yang menjadi bayangan gambar para remaja yang merupakan jenis penulisan yang sangat menarik yang dikritik oleh penyair di tempat lain. Tapi penyair mendefinisikan apa yang dia lihat saat dia menemukan kekuatannya atas dirinya, hampir seolah-olah cinta itu sendiri adalah penciptaan kebutuhan di dalam diri di tempat yang sebelumnya tidak ada.
Penyair yang memandangi pemuda dalam pemujaan mengesankan citra itu sehingga tak terhapuskan di dalam hatinya sehingga hasilnya menjadi fantasi pribadi, benar-benar diinduksi sendiri, yang memungkinkan penyair memiliki keindahan pemuda. Akibatnya, dua kepribadian mereka digabungkan. Dengan memuji pemuda itu, penyair juga menyanjung dirinya sendiri.
6. Sonnet 134 (So, now I have confess’d that he is thine)
So, now I have confess’d that he is thine,
And I myself am mortgaged to thy will,
Myself I’ll forfeit, so that other mine
Thou wilt restore, to be my comfort still:
But thou wilt not, nor he will not be free,
For thou art covetous and he is kind;
He learn’d but surety-like to write for me
Under that bond that him as fast doth bind.
The statute of thy beauty thou wilt take,
Thou usurer, that put’st forth all to use,
And sue a friend came debtor for my sake;
So him I lose through my unkind abuse.
Him have I lost; thou hast both him and me:
He pays the whole, and yet am I not free.
Ringkasan umum :
Cerita tentang rayuan teman penyair itu terungkap dalam Soneta 134. Berharap mendapatkan bantuan wanita tersebut, penyair tersebut mengirim pemuda itu ke wanita tersebut dengan sebuah pesan. Namun, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menjadikan pemuda itu sebagai kekasihnya, dan pemuda tersebut menanggapi dengan sepenuh hati, seperti yang ditunjukkan oleh baris 7 dan 8. Karena penyair, kepolosan dan kenaifan tersebut menjelaskan perilaku pemuda tersebut, namun dia khawatir bahwa dia telah kehilangan kedua orang tersebut.
7. Sonnet 18 (Shall I compare thee to a summer’s day?)
Shall I compare thee to a summer’s day?
Thou art more lovely and more temperate.
Rough winds do shake the darling buds of May,
And summer’s lease hath all too short a date.
Sometime too hot the eye of heaven shines,
And often is his gold complexion dimmed;
And every fair from fair sometime declines,
By chance, or nature’s changing course, untrimmed;
But thy eternal summer shall not fade,
Nor lose possession of that fair thou ow’st,
Nor shall death brag thou wand’rest in his shade,
When in eternal lines to Time thou grow’st.
So long as men can breathe, or eyes can see,
So long lives this, and this gives life to thee.
Ringkasan umum :
merupakan salah satu puisi yang paling terkenal dari 154 soneta yang ditulis William Shakespeare dan diyakini sebagai salah satu puisi cinta terbesar sepanjang masa. Tema soneta ini adalah tentang keindahan dan kecantikan, Shakespeare berhasil menyampaikan tema keindahan dan pengaruh waktu di dalamnya melalui berbagai teknik puitis dan penggunaan yang efektif. Soneta ini, bagaimanapun juga tidak boleh dianggap hanya sebagai puisi cinta saja karena faktanya bahwa Shakespeare telah secara jelas bertujuan untuk menarik banyak perhatian pada dirinya sebagai penyair dan bahwa deskripsi tentang kecantikan kekasihnya tidak mencakup banyak detail.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
1. Sonnet 106 (When in the chronicle of wasted time)
When in the chronicle of wasted time
I see descriptions of the fairest wights,
And beauty making beautiful old rhyme
In praise of ladies dead, and lovely knights,
Then, in the blazon of sweet beauty’s best,
Of hand, of foot, of lip, of eye, of brow,
I see their antique pen would have express’d
Even such a beauty as you master now.
So all their praises are but prophecies
Of this our time, all you prefiguring;
And, for they look’d but with divining eyes,
They had not skill enough your worth to sing:
For we, which now behold these present days,
Had eyes to wonder, but lack tongues to praise.
Ringkasan umum :
Soneta 106 ditujukan kepada seorang pemuda tanpa mengacu pada suatu peristiwa tertentu. William Shakespeare mengkaji sejarah waktu untuk membandingkan keindahan pemuda dengan apa yang digambarkan di dalam seni. Tidak mengherankan, dia berpendapat bahwa tidak ada keindahan/kecantikan yang melebih pemuda tersebut. Tokoh-tokoh sejarah yang mengagumi karena mereka mengingatkannya pada karakter pemuda tersebut, penyair berpendapat bahwa apa yang seniman sebelumnya ambil untuk kecantikan hanyalah bayangan dari penampilan pemuda tersebut.:
2. Sonnet 138 (When my love swears that she is made of truth)
When my love swears that she is made of truth
I do believe her, though I know she lies,
That she might think me some untutor’d youth,
Unlearned in the world’s false subtleties.
Thus vainly thinking that she thinks me young,
Although she knows my days are past the best,
Simply I credit her false speaking tongue:
On both sides thus is simple truth suppress’d.
But wherefore says she not she is unjust?
And wherefore say not I that I am old?
O, love’s best habit is in seeming trust,
And age in love loves not to have years told:
Therefore I lie with her and she with me,
And in our faults by lies we flatter’d be.
Ringkasan umum :
Sonnet 138 adalah salah satu soneta William Shakespeare yang paling terkenal. Banyaknya penggunaan kata "kebohongan" menunjukkan dengan jelas pemahaman tentang sifat kebenaran dan pujian dalam suatu hubungan yang romantis. Penyair itu dengan jujur mengungkapkan hubungannya dengan wanita gelap dan ketidaksenangannya karena dia bertambah tua. Puisi tersebut menekankan faktor usia dan pudarnya kecantikan yang satu sama lain terkait, dan pengaruhnya terhadap hubungan seksual..
3. Sonnet 98 (From you have I been absent in the spring)
From you have I been absent in the spring,
When proud-pied April dress’d in all his trim
Hath put a spirit of youth in every thing,
That heavy Saturn laugh’d and leap’d with him.
Yet nor the lays of birds nor the sweet smell
Of different flowers in odour and in hue
Could make me any summer’s story tell,
Or from their proud lap pluck them where they grew;
Nor did I wonder at the lily’s white,
Nor praise the deep vermilion in the rose;
They were but sweet, but figures of delight,
Drawn after you, you pattern of all those.
Yet seem’d it winter still, and, you away,
As with your shadow I with these did play.
Ringkasan umum :
Soneta 98 mengekspresikan cintanya kepada seorang pemuda dimana pemuda itu pergi jauh. Semua kejadian pada musim semi mengingatkannya pada pemuda tersebut, karena keindahan musimnya didasarkan pada kecantikan pemuda tersebut. Penyair menginginkan hal yang sebenarnya bahwa pemuda yang dicintainya tersebut merupakan bentuk yang mengilhami dan menciptakan segala sesuatu yang hidup dan tumbuh di dunia ini.
4. Sonnet 29 (When, in disgrace with fortune and men’s eyes)
When, in disgrace with fortune and men’s eyes,
I all alone beweep my outcast state,
And trouble deaf heaven with my bootless cries,
And look upon myself, and curse my fate,
Wishing me like to one more rich in hope,
Featur’d like him, like him with friends possess’d,
Desiring this man’s art and that man’s scope,
With what I most enjoy contented least;
Yet in these thoughts myself almost despising,
Haply I think on thee, and then my state,
Like to the lark at break of day arising
From sullen earth, sings hymns at heaven’s gate;
For thy sweet love remember’d such wealth brings
That then I scorn to change my state with kings.
Ringkasan umum :
Tema Soneta 29 menunjukkan pentingnya cinta, uang, masyarakat, dan harta benda ditampilkan sebagai komponen inferior kemanusiaan. Pembicara berubah untuk menerima nilai cinta yang membuatnya lebih unggul dari seorang raja dan kelas sosial yang lebih tinggi. Pembicara meratapi kemalangannya dalam menghadapi kesuksesan orang lain. Tapi seiring berjalannya waktu, menjadi jelas bahwa sumber suasana hati si pembicara yang buruk adalah bukan karena teman yang dia cintai. Suasana hatinya yang buruk karenanya didorong oleh rasa kesepian. Tapi suasana hati sang pembicara mulai berubah. Hal ini disebabkan oleh pemikiran pria yang dicintainya. Dia mulai merasa bahagia dan ini kemudian beralih ke perasaan berharap. Kesimpulan dari pembicara bahwa meskipun perasaan kesepiannya karena temannya tidak ada, hanya memikirkannya yang membuatnya merasa baik lagi. Dia bahkan mengatakan bahwa dia tidak akan mengubah apapun dalam hidupnya.
5. Sonnet 24 (Mine eye hath play’d the painter and hath stell’d)
Mine eye hath play’d the painter and hath stell’d
Thy beauty’s form in table of my heart;
My body is the frame wherein ’tis held,
And perspective it is the painter’s art.
For through the painter must you see his skill,
To find where your true image pictured lies;
Which in my bosom’s shop is hanging still,
That hath his windows glazed with thine eyes.
Now see what good turns eyes for eyes have done:
Mine eyes have drawn thy shape, and thine for me
Are windows to my breast, where-through the sun
Delights to peep, to gaze therein on thee;
Yet eyes this cunning want to grace their art;
They draw but what they see, know not the heart.
Ringkasan umum :
Ketika penyair menulis di Sonnet 24 yang tertulis "di mana bayangan sejati Anda menggambarkan kebohongan," dia berfokus pada arti sebenarnya. Keindahan pemuda itu sering diartikan hanya sebagai bentuk atau penampilan. Lukisan, gambar, gambar visual, bentuk, bayangan, bentuk pantulan, dan perspektif - semua ini menyinggung kesan bahwa citra sejati kaum muda sebenarnya adalah fatamorgana.
Perhatikan bahwa tulisan penyair yang sangat rumit dalam soneta ini - delapan baris pertama adalah metafora penyair yang diperluas sebagai lukisan yang menjadi bayangan gambar para remaja yang merupakan jenis penulisan yang sangat menarik yang dikritik oleh penyair di tempat lain. Tapi penyair mendefinisikan apa yang dia lihat saat dia menemukan kekuatannya atas dirinya, hampir seolah-olah cinta itu sendiri adalah penciptaan kebutuhan di dalam diri di tempat yang sebelumnya tidak ada.
Penyair yang memandangi pemuda dalam pemujaan mengesankan citra itu sehingga tak terhapuskan di dalam hatinya sehingga hasilnya menjadi fantasi pribadi, benar-benar diinduksi sendiri, yang memungkinkan penyair memiliki keindahan pemuda. Akibatnya, dua kepribadian mereka digabungkan. Dengan memuji pemuda itu, penyair juga menyanjung dirinya sendiri.
6. Sonnet 134 (So, now I have confess’d that he is thine)
So, now I have confess’d that he is thine,
And I myself am mortgaged to thy will,
Myself I’ll forfeit, so that other mine
Thou wilt restore, to be my comfort still:
But thou wilt not, nor he will not be free,
For thou art covetous and he is kind;
He learn’d but surety-like to write for me
Under that bond that him as fast doth bind.
The statute of thy beauty thou wilt take,
Thou usurer, that put’st forth all to use,
And sue a friend came debtor for my sake;
So him I lose through my unkind abuse.
Him have I lost; thou hast both him and me:
He pays the whole, and yet am I not free.
Ringkasan umum :
Cerita tentang rayuan teman penyair itu terungkap dalam Soneta 134. Berharap mendapatkan bantuan wanita tersebut, penyair tersebut mengirim pemuda itu ke wanita tersebut dengan sebuah pesan. Namun, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menjadikan pemuda itu sebagai kekasihnya, dan pemuda tersebut menanggapi dengan sepenuh hati, seperti yang ditunjukkan oleh baris 7 dan 8. Karena penyair, kepolosan dan kenaifan tersebut menjelaskan perilaku pemuda tersebut, namun dia khawatir bahwa dia telah kehilangan kedua orang tersebut.
7. Sonnet 18 (Shall I compare thee to a summer’s day?)
Shall I compare thee to a summer’s day?
Thou art more lovely and more temperate.
Rough winds do shake the darling buds of May,
And summer’s lease hath all too short a date.
Sometime too hot the eye of heaven shines,
And often is his gold complexion dimmed;
And every fair from fair sometime declines,
By chance, or nature’s changing course, untrimmed;
But thy eternal summer shall not fade,
Nor lose possession of that fair thou ow’st,
Nor shall death brag thou wand’rest in his shade,
When in eternal lines to Time thou grow’st.
So long as men can breathe, or eyes can see,
So long lives this, and this gives life to thee.
Ringkasan umum :
merupakan salah satu puisi yang paling terkenal dari 154 soneta yang ditulis William Shakespeare dan diyakini sebagai salah satu puisi cinta terbesar sepanjang masa. Tema soneta ini adalah tentang keindahan dan kecantikan, Shakespeare berhasil menyampaikan tema keindahan dan pengaruh waktu di dalamnya melalui berbagai teknik puitis dan penggunaan yang efektif. Soneta ini, bagaimanapun juga tidak boleh dianggap hanya sebagai puisi cinta saja karena faktanya bahwa Shakespeare telah secara jelas bertujuan untuk menarik banyak perhatian pada dirinya sebagai penyair dan bahwa deskripsi tentang kecantikan kekasihnya tidak mencakup banyak detail.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Membaca karya sastra pujangga lama, seakan membangkitkan semangat masa lalu.
BalasHapusSEGA Genesis Joystick Controller for Sega Genesis Joystick 우리카지노 우리카지노 우리카지노 계열사 우리카지노 계열사 2Habanero Scoville | Asian food - Ayatollah Ali
BalasHapus